Dalam bisnis, risiko adalah bagian yang tak terhindarkan, terutama bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola beragam operasi. Salah satu pendekatan penting dalam manajemen risiko BUMN adalah risiko agregasi. Ini adalah metode untuk memahami risiko secara menyeluruh dengan menggabungkan berbagai risiko dari seluruh unit bisnis dalam satu pandangan terpadu.
Mari kita simak lebih lanjut tentang risiko agregasi, mulai dari definisi, tujuan, hingga manfaatnya dalam menjaga stabilitas bisnis BUMN!
Daftar Isi
Apa Itu Risiko Agregasi?
Risiko agregasi adalah proses menggabungkan berbagai risiko dari setiap unit bisnis BUMN, memberikan pandangan menyeluruh terhadap risiko-risiko tersebut. Dalam konteks Kementerian BUMN, ini mencakup taksonomi risiko yang menunjukkan portofolio risiko keseluruhan dari BUMN dan anak perusahaannya. Dengan pendekatan ini, BUMN dapat melihat “gambaran besar” risiko yang dihadapi, bukan hanya dari satu sudut pandang unit bisnis saja.
Sebenarnya daftar, definisi, pengertian risiko agregasi BUMN dibagi berdasarkan level peristiwa risiko (T3). Berikut penjelasan lebih lengkapnya.
Kode | Peristiwa Risiko (T3) | Definisi Umum | Contoh |
1.1.1 | Peristiwa Risiko terkait Dividen | Risiko yang berkaitan dengan kebijakan, distribusi, atau penerimaan dividen dari BUMN | 1. Penurunan laba BUMN menyebabkan penurunan dividen ke negara
2. Kebijakan retensi laba untuk investasi mengurangi dividen 3. Fluktuasi nilai tukar mempengaruhi nilai dividen dari BUMN yang beroperasi di luar negeri |
1.1.2 | Peristiwa Risiko terkait PMN | Risiko yang berkaitan dengan Penyertaan Modal Negara ke BUMN | 1. Keterlambatan pencairan PMN menghambat proyek strategis BUMN
2. Penggunaan PMN yang tidak efektif menghasilkan return investasi rendah 3. Overestimasi kebutuhan PMN menyebabkan idle fund |
1.1.3 | Peristiwa Risiko terkait Subsidi dan Kompensasi | Risiko yang berkaitan dengan pemberian atau penerimaan subsidi dan kompensasi oleh BUMN | 1. Keterlambatan pembayaran kompensasi oleh pemerintah mengganggu arus kas BUMN
2. Perhitungan subsidi yang tidak akurat menyebabkan kerugian BUMN 3. Pemotongan subsidi mendadak mempengaruhi operasional BUMN |
1.2.4 | Peristiwa Risiko terkait Kebijakan SDM | Risiko yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan Sumber Daya Manusia di BUMN | 1. Kebijakan remunerasi yang tidak kompetitif menyebabkan brain drain
2. Program pengembangan SDM yang tidak memadai menghasilkan skill gap 3. Kebijakan rekrutmen yang tidak tepat menghasilkan mismatch kompetensi |
1.2.5 | Peristiwa Risiko terkait Kebijakan Sektoral | Risiko yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang spesifik untuk sektor tertentu | 1. Perubahan kebijakan energi mempengaruhi BUMN sektor pertambangan
2. Regulasi baru di sektor perbankan mempengaruhi profitabilitas bank BUMN 3. Kebijakan impor mempengaruhi BUMN sektor pertanian |
1.3.6 | Peristiwa Risiko terkait Konsentrasi Portofolio | Risiko yang berkaitan dengan tingkat konsentrasi investasi atau bisnis dalam portofolio BUMN | 1. Ketergantungan berlebihan pada sektor minyak dan gas
2. Konsentrasi investasi di satu wilayah geografis 3. Portofolio BUMN didominasi oleh industri manufaktur |
2.4.7 | Peristiwa Risiko terkait Struktur Korporasi | Risiko yang berkaitan dengan struktur organisasi dan tata kelola korporasi BUMN | 1. Struktur holding yang kompleks menyebabkan inefisiensi operasional
2. Tumpang tindih fungsi antar anak perusahaan 3. Kurangnya independensi dalam pengambilan keputusan anak perusahaan |
2.5.8 | Peristiwa Risiko terkait Penggabungan, Pengambilalihan, Peleburan, Pemisahan, Pembubaran, Likuidasi, Kemitraan, dan Restrukturisasi | Risiko yang berkaitan dengan berbagai bentuk perubahan struktur atau status korporasi BUMN | 1. Kegagalan integrasi pasca merger dua BUMN
2. Resistensi karyawan terhadap proses restrukturisasi 3. Penilaian aset yang tidak akurat dalam proses divestasi |
3.6.9 | Peristiwa Risiko terkait Formulasi Strategis | Risiko yang berkaitan dengan proses perumusan dan implementasi strategi bisnis BUMN | 1. Strategi diversifikasi yang gagal meningkatkan nilai perusahaan
2. Keterlambatan dalam merespon perubahan teknologi industri 3. Kesalahan dalam proyeksi pertumbuhan pasar |
3.6.10 | Peristiwa Risiko terkait Pasar dan Makroekonomi | Risiko yang berkaitan dengan kondisi pasar dan ekonomi makro yang mempengaruhi BUMN | 1. Fluktuasi harga komoditas global mempengaruhi pendapatan BUMN pertambangan
2. Perlambatan ekonomi mengurangi permintaan produk BUMN 3. Perubahan suku bunga mempengaruhi biaya pendanaan BUMN |
3.6.11 | Peristiwa Risiko terkait Keuangan | Risiko yang berkaitan dengan aspek keuangan dan permodalan BUMN | 1. Kesulitan dalam refinancing utang jangka panjang
2. Eksposur valuta asing yang tidak di-hedge menyebabkan kerugian 3. Penurunan rating kredit meningkatkan biaya pendanaan |
3.6.12 | Peristiwa Risiko terkait Hukum, Regulasi & Kepatuhan | Risiko yang berkaitan dengan aspek hukum, regulasi, dan kepatuhan yang mempengaruhi BUMN | 1. Pelanggaran regulasi anti-monopoli menyebabkan denda besar
2. Ketidakpatuhan terhadap standar lingkungan mengakibatkan sanksi 3. Perubahan peraturan ketenagakerjaan meningkatkan biaya operasional |
3.6.13 | Peristiwa Risiko terkait Proyek | Risiko yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek-proyek BUMN | 1. Keterlambatan penyelesaian proyek infrastruktur meningkatkan biaya
2. Kegagalan dalam estimasi biaya proyek menyebabkan kerugian 3. Masalah pembebasan lahan menghambat proyek strategis |
3.6.14 | Peristiwa Risiko terkait Teknologi Informasi & Keamanan Siber | Risiko yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan keamanan siber di BUMN | 1. Serangan ransomware melumpuhkan sistem operasional
2. Kebocoran data pelanggan menyebabkan kerugian reputasi 3. Kegagalan dalam implementasi ERP mengganggu operasional |
3.6.15 | Peristiwa Risiko terkait Sosial & Lingkungan | Risiko yang berkaitan dengan dampak sosial dan lingkungan dari operasi BUMN | 1. Konflik dengan masyarakat lokal menghambat operasi tambang
2. Pencemaran lingkungan menyebabkan sanksi dan kerugian reputasi 3. Isu kesehatan dan keselamatan kerja memicu protes karyawan |
3.6.16 | Peristiwa Risiko terkait Operasional | Risiko yang berkaitan dengan operasional sehari-hari BUMN | 1. Kerusakan mesin produksi menyebabkan penghentian operasi
2. Kesalahan manusia dalam proses produksi menghasilkan produk cacat 3. Ketergantungan pada supplier tunggal mengganggu rantai pasok |
3.7.17 | Peristiwa Risiko terkait Kredit | Risiko yang berkaitan dengan pemberian kredit oleh BUMN perbankan | 1. Peningkatan kredit macet di sektor properti
2. Kegagalan debitur korporasi besar dalam membayar pinjaman 3. Penurunan kualitas kolateral akibat depresiasi nilai aset |
3.7.18 | Peristiwa Risiko terkait Likuiditas | Risiko yang berkaitan dengan kemampuan BUMN perbankan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek | 1. Rush nasabah menarik dana secara besar-besaran
2. Ketidaksesuaian jatuh tempo antara aset dan liabilitas 3. Kesulitan mendapatkan pendanaan di pasar uang antar bank |
3.8.19 | Peristiwa Risiko terkait Investasi | Risiko yang berkaitan dengan kegiatan investasi BUMN asuransi | 1. Penurunan nilai investasi akibat volatilitas pasar saham
2. Kerugian dari investasi pada instrumen derivatif kompleks 3. Rendahnya yield investasi akibat suku bunga rendah berkepanjangan |
3.8.20 | Peristiwa Risiko terkait Aktuarial | Risiko yang berkaitan dengan perhitungan aktuaria dalam BUMN asuransi | 1. Underestimate longevity risk dalam produk anuitas
2. Kesalahan dalam perhitungan cadangan teknis 3. Mispricing produk asuransi baru akibat data yang tidak akurat |
Tujuan Penerapan Risiko Agregasi
Berikut adalah tujuan strategis risiko agregasi yang membantu BUMN dalam menjaga keberlanjutan bisnis:
- Memahami Risiko Secara Menyeluruh: Risiko agregasi memungkinkan BUMN memahami dampak kumulatif dari berbagai risiko yang mungkin saling terkait, seperti risiko finansial yang mempengaruhi risiko operasional.
- Manajemen Risiko yang Terkoordinasi: Pendekatan ini mendukung koordinasi dalam strategi mitigasi. Misalnya, risiko pada unit eksplorasi dan distribusi di PT Pertamina bisa dikelola bersamaan untuk efektivitas yang optimal.
- Pengambilan Keputusan yang Lebih Cepat dan Tepat: Informasi yang lengkap tentang risiko membantu manajemen membuat keputusan yang solid untuk menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal.
- Optimalisasi Sumber Daya: Dengan memahami risiko keseluruhan, BUMN bisa mengalokasikan sumber daya, seperti dana dan waktu, secara lebih efektif untuk meminimalkan potensi kerugian.
Baca juga : Menilik Direktorat Manajemen Risiko Pertamina, Apa Pentingnya?
Manfaat Risiko Agregasi bagi BUMN
Manajemen risiko agregasi memberikan sejumlah manfaat nyata dalam pengelolaan operasional dan strategi BUMN:
- Efisiensi dalam Manajemen Risiko: Dengan satu pandangan atas semua risiko, manajemen risiko menjadi lebih sederhana dan terkoordinasi, mengurangi duplikasi upaya di berbagai unit bisnis.
- Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Pendekatan ini memungkinkan pelaporan risiko yang transparan kepada pemangku kepentingan, menciptakan kepercayaan dan memastikan tanggung jawab manajerial.
- Respons Cepat terhadap Risiko: Ketika risiko terjadi di beberapa unit bisnis sekaligus, risiko agregasi memungkinkan langkah cepat untuk mencegah dampak yang lebih besar.
Baca juga : 4 Pilar Manajemen Risiko yang Harus Dijadikan Pedoman
Jenis-Jenis Risiko yang Diagregasi di BUMN
BUMN menghadapi berbagai risiko, seperti:
- Risiko Operasional: Meliputi gangguan operasional, misalnya, gangguan pada jaringan listrik di PLN atau kesalahan operasional di ladang minyak Pertamina.
- Risiko Keuangan: Ketidakpastian pasar, termasuk perubahan nilai tukar, yang berdampak pada biaya operasi, terutama bagi BUMN dengan transaksi internasional seperti Garuda Indonesia.
- Risiko Strategis: Risiko dari keputusan jangka panjang, misalnya, perubahan permintaan pasar yang dipengaruhi oleh teknologi baru bagi PT Telkom.
- Risiko Kepatuhan: Kebutuhan untuk mematuhi peraturan, seperti regulasi lingkungan bagi BUMN energi atau peraturan OJK bagi BUMN sektor keuangan.
Baca juga : Manfaat dan Risiko Equity Financing bagi Perusahaan yang Sedang Berkembang
Contoh Penerapan Risiko Agregasi di BUMN
Risiko agregasi membutuhkan koordinasi yang baik antara unit bisnis dalam BUMN. Berikut contohnya:
- PT Pertamina: Mengelola risiko eksplorasi, distribusi, dan produksi minyak secara terpadu untuk mengurangi dampak berantai dan memaksimalkan respons.
- PLN: Dengan proyek pembangkit di seluruh Indonesia, risiko agregasi membantu PLN mengelola risiko dari berbagai lokasi secara efisien.
- Bank BUMN: Risiko agregasi membantu bank BUMN, seperti Bank Mandiri dan BRI, untuk meminimalkan risiko kredit dengan pendekatan yang menyeluruh di setiap cabang.
Baca juga : Peran Manajemen Risiko dalam Mendukung Praktik Good Corporate Governance (GCG) yang Efektif
Regulasi BUMN di Indonesia dalam Menerapkan Manajemen Risiko
Manajemen risiko menjadi aspek krusial bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, terutama dalam memastikan stabilitas dan keberlanjutan usaha di tengah lingkungan bisnis yang dinamis. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan beberapa peraturan penting untuk mengarahkan BUMN dalam pengelolaan risiko yang efektif dan terpadu.
- Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2024
Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2024 sebagai upaya memperkuat tata kelola risiko pada BUMN. Regulasi ini mencakup pedoman bagi BUMN untuk berkolaborasi secara adil dengan platform digital dalam mengelola distribusi informasi, sehingga mendukung tata kelola risiko yang lebih baik dalam konteks bisnis digital. - Peraturan Menteri BUMN No. PER-07/MBU/2021
Peraturan ini menekankan pentingnya pengelolaan risiko terpadu di setiap BUMN dan mengharuskan mereka membentuk unit manajemen risiko khusus. Unit ini bertugas untuk memastikan bahwa semua risiko dapat dipantau dan diintegrasikan ke dalam strategi bisnis. - ISO 31000 dalam Manajemen Risiko
Sebagai standar internasional, ISO 31000 diterapkan oleh banyak BUMN di Indonesia untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko mereka sesuai dengan standar global. ISO 31000 menyediakan kerangka kerja bagi organisasi dalam mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengelola risiko secara konsisten. - Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk BUMN Keuangan
BUMN yang bergerak di sektor keuangan, seperti perbankan, diwajibkan mematuhi Peraturan OJK mengenai manajemen risiko dan kepatuhan. Aturan ini mencakup pedoman bagi bank untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko kredit, operasional, dan kepatuhan demi menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Kesimpulan
Risiko agregasi memungkinkan BUMN mengelola risiko secara lebih terkoordinasi dan komprehensif, memperkuat stabilitas dan keberlanjutan jangka panjang. Ingin memahami lebih dalam tentang pengelolaan risiko yang efektif? Kami di GRC Indonesia siap membantu Anda melalui pelatihan dan sertifikasi manajemen risiko yang profesional untuk memastikan bisnis Anda siap menghadapi tantangan masa depan.