Manusia dituntut memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada seluruh keadaan, termasuk menghadapi situasi ekonomi. Kemampuan adaptif diperlukan termasuk pada era 5.0 VUCA yang dipenuhi oleh volatilitas dan ketidakpastian ekonomi.
Setiap orang harus mampu berevolusi menjadi manusia modern yang adaptif di segala medan situasi termasuk berusaha merespons dengan baik pada situasi dan kondisi yang tidak terduga. Diantaranya kemampuan menjaga ketahanan ekonomi menghadapi isu resesi global 2023.
Lantas, bagaimana menghadapi persiapan yang harus dilakukan menghadapi isu resesi ekonomi global 2023? Simak penjelasan di bawah ini:
A. Tantangan Bisnis dan Isu Resesi Global 2023
Selama 3 tahun belakangan, kita harus menghadapi kondisi perekonomian sulit yang tidak pernah sebelumnya setidaknya dalam 100 tahun terakhir. Jika tak siap, Anda bisa menjadi korban bulan-bulanan dari ketidakpastian global dan ancaman badai besar di kehidupan.
Serangan pandemi Covid-19 menjadi titik balik kehidupan manusia yang merangkak dari kegelapan seperti pada pandemi global terakhir yakni saat flu spanyol 1918. Besarnya dampak yang ditimbulkan menggambarkan betapa mengerikannya isu resesi global.
Guru besar Harvard Kennedy School, Larry Summers pernah mengatakan bahwa resiko ekonomi global mencapai titik tertinggi dalam 2 dekade terakhir. Kondisi ini dapat dilihat dari terjadinya inflasi di Amerika dan Eropa dengan rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu tingkat inflasi sebesar 10,7% secara year-on-year.
Kondisi ekonomi yang masih terdampak pasca pandemi, cuaca ekstrem, rantai pasokan dan sumber daya gas alam yang terguncang efek perang Rusia-Ukraina menjadi dalang semakin mendekatnya dua raksasa ekonomi dunia kepada jurang resesi.
World Bank Group pada Global Economic Prospect Juni 2020 membuat sebuah pernyataan yaitu “Resesi covid-19 merupakan resesi pertama yang dipicu semata-mata oleh pandemi selama 150 tahun terakhir, dan menurut perkiraan terkini, hal itu akan menjadi resesi yang paling parah sejak berakhirnya perang dunia II”.
Pernyataan itu harusnya menjadi alarm pengingat bahaya yang harus segera dicarikan solusinya. Pada saat inilah peran penting manajemen resiko sebagai konsep modern dalam hal analisa sumber resiko sekaligus memperkecil dampak yang di pertaruhkan.
B. Proxsis Expo dan Pembahasan Masalah Ekonomi
Persiapan menghadapi prediksi situasi ekonomi yang berat 2023, Proxsis & Co menggelar Expo & Conference bertajuk ‘ Business Insight 2023 : Resilience Mode On’ pada 18-19 Januari 2023 di Jakarta. Acara merupakan ajang pertemuan, berbagi, dan kolaborasi antar pebisnis di Indonesia untuk menggelorakan semangat terus bertumbuh.
Acara ini melibatkan sejumlah ahli di berbagai industri hingga regulator untuk memaparkan insight berbisnis sebagai bekal untuk menghadapi ketidakpastian global dan politik Indonesia di 2023.
Kepala Lemhanas Andi Wijayanto turut menjadi keynote speaker Proxsis Expo & Conference 2023 di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2023. Saat menjadi narasumber dia menjelaskan tentang black swan factor, sesuatu yang signifikan dan sulit diprediksi namun akan berdampak besar bagi ketahanan Indonesia, baik ketahanan ideologi maupun ekonomi.
Oleh karena itu, semua gejala yang berpotensi menjadi black swan (angsa hitam) harus dapat dideteksi sedini mungkin. Kondisi ini mungkin merupakan kelanjutan dari ketegangan geopolitik yang terjadi di Ukraina, Rusia, China, Taiwan dan Korea maupun kelangkaan supply chain yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Andi menjelaskan, tahun ini Amerika Serikat ekonominya diprediksi mengalami melt down di Maret karena memasuki resesi. lalu di Juni diperkirakan tidak bisa bayar gaji PNS dan pada saat bersamaan Ukraina sangat membutuhkan bantuan.
Dia mengatakan, sejumlah negara saat ini menghadapi beban hutang yang tinggi seperti Argentina yang utangnya sudah meningkat double digit. Kemudian ada 47 negara saat ini mengantre untuk menjadi pasien IMF.
Meski demikian, dia menyebut ada harapan untuk ekonomi Indonesia karena dinilai semakin membaik. Namun, dari aspek geopolitik global Indonesia juga perlu mewaspadai Pemilu yang terjadi di banyak negara tahun ini seperti Turki, Argentina, Nigeria, Thailand, hingga Kamboja.
Oleh karena itu, pada saat terjadi krisis, hal yang paling penting dilakukan adalah melakukan deteksi dini atau early warning.