Kebangkrutan Tupperware, merek ikonik yang dikenal dengan produk wadah plastik berkualitas tinggi, menggambarkan realitas pahit yang dihadapi banyak perusahaan di era modern.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tupperware mengalami penurunan signifikan dalam penjualan dan permintaan pasar, yang berujung pada pengumuman kebangkrutan pada tahun 2023.
Kejadian ini bukan hanya menyentuh aspek finansial, tetapi juga menggugah pertanyaan tentang bagaimana perusahaan dapat bertahan di tengah perubahan yang cepat dan tantangan yang semakin kompleks.
Daftar Isi
Penyebab Kebangkrutan Tupperware
Berbagai faktor menjadi pemicu bisnis Tupperware harus gulung tikar, khususnya tantangan pasar saat ini yang semakin dinamis dan kompleks. Berikut tiga penyebab kebangkrutan Tupperware.
Perubahan Pola Konsumsi
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kebangkrutan Tupperware adalah perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat semakin menyadari dampak lingkungan dari produk plastik, dan permintaan untuk produk berbahan plastik mengalami penurunan drastis.
Selain itu, alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti wadah berbahan kaca atau stainless steel, semakin populer. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan ini berisiko kehilangan pelanggan yang beralih ke pilihan yang lebih berkelanjutan.
Model Bisnis yang Ketinggalan Zaman
Model bisnis Tupperware, yang bergantung pada pemasaran langsung dan penjualan melalui demonstrasi, juga menunjukkan keterbatasan dalam era digital.
Perusahaan tidak memanfaatkan teknologi digital secara optimal untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Di tengah persaingan yang semakin ketat, perusahaan yang tidak mampu berinovasi dalam strategi pemasaran dan distribusi akan kesulitan bersaing dengan pemain baru yang lebih adaptif dan inovatif.
Masalah Manajemen Internal
Munculnya masalah manajemen internal turut berkontribusi pada kebangkrutan Tupperware. Perusahaan mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan pasar yang cepat, yang membuatnya kehilangan daya saing.
Ketidakmampuan untuk berinovasi produk dan menanggapi kebutuhan pelanggan yang terus berubah juga menjadi faktor penyebab. Dalam bisnis, kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan adalah kunci keberlangsungan.
Baca juga : Mengenal Manajemen Risiko Likuiditas: Pengertian, Manfaat, Tujuan, dan Contohnya
Bagaimana Tren Dunia Bisnis Hari Ini?
Kebangkrutan Tupperware menjadi pengingat pentingnya adaptasi dan inovasi dalam dunia bisnis yang terus berubah. Dengan memahami penyebab kebangkrutan Tupperware dan tren bisnis saat ini, perusahaan lain dapat belajar dari pengalaman ini.
Peningkatan Kesadaran Lingkungan
Tren dunia bisnis saat ini menunjukkan peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan konsumen. Banyak perusahaan beralih ke produk berkelanjutan untuk memenuhi permintaan konsumen yang peduli terhadap lingkungan.
Kenaikan permintaan akan barang-barang ramah lingkungan memberikan peluang bagi perusahaan yang siap berinovasi dan beradaptasi dengan tren ini.
Digitalisasi dan E-Commerce
Digitalisasi dan e-commerce telah menjadi kunci dalam keberhasilan banyak perusahaan saat ini. Pentingnya platform online untuk menjangkau konsumen semakin meningkat, terutama setelah pandemi yang mengubah perilaku belanja konsumen.
Perusahaan yang mampu memanfaatkan teknologi dan platform digital untuk menjangkau audiens yang lebih luas akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar.
Kesiapan untuk Krisis
Kesiapan untuk krisis semakin diakui sebagai salah satu aspek penting dalam manajemen bisnis. Di sinilah pentingnya Manajemen Kontinuitas Bisnis (BCM). Perusahaan yang memiliki rencana BCM yang baik dapat menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan pasar, bencana alam, dan krisis kesehatan. Dengan BCM yang efektif, perusahaan dapat meminimalkan dampak negatif dari krisis dan memastikan kelangsungan operasional.
Baca juga : Penerapan BCMS dalam Industri Halal: Strategi Pertumbuhan Berkelanjutan Jangka Panjang
Perusahaan yang Berhasil Beradaptasi
Beberapa perusahaan, seperti Unilever dan P&G, telah berhasil beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi dan tren lingkungan. Mereka mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan, memperkenalkan kemasan yang dapat didaur ulang, dan berinvestasi dalam teknologi digital untuk menjangkau konsumen.
Melalui inovasi dan adaptasi yang cepat, perusahaan-perusahaan ini tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di pasar yang kompetitif.
Mengimplementasikan Manajemen Kontinuitas Bisnis yang efektif dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar adalah langkah penting untuk memastikan kelangsungan bisnis di masa depan. Dalam era yang penuh tantangan ini, perusahaan yang mampu beradaptasi dan berinovasi akan tetap relevan dan sukses.
Baca juga : Mengantisipasi Ancaman Gempa Megathrust dengan Business Continuity Management (BCM)
Apa Itu Manajemen Kontinuitas Bisnis?
Manajemen Kontinuitas Bisnis (BCM) adalah proses yang dirancang untuk memastikan bahwa sebuah organisasi dapat melanjutkan operasionalnya setelah terjadi gangguan, baik yang bersifat kecil maupun besar. Menurut ISO 22301, standar internasional untuk sistem manajemen kontinuitas bisnis, BCM meliputi pemahaman dan pengelolaan risiko yang dapat memengaruhi kegiatan bisnis. Tujuan utama dari BCM adalah untuk melindungi, mengurangi, dan memulihkan kerugian akibat gangguan, serta menjaga keberlangsungan operasional yang kritis.
Dalam kerangka kerja ISO 22301, BCM mencakup berbagai aspek, termasuk penilaian risiko, perencanaan pemulihan, dan pengujian serta pemeliharaan rencana tersebut. Dengan mengimplementasikan BCM, perusahaan dapat lebih siap menghadapi situasi krisis dan memastikan bahwa layanan dan produk tetap tersedia bagi pelanggan.
Baca juga : Bank Mandiri Raih Sertifikasi ISO 22301:2019 BCMS: Tingkatkan Keberlanjutan Bisnis dan Kepercayaan Nasabah
Alasan Pentingnya Pelatihan dalam BCM
Pelatihan Manajemen Kontinuitas Bisnis semakin krusial bagi keberhasilan organisasi. Berikut adalah tiga alasan utama yang menunjukkan pentingnya pelatihan dalam BCM.
- Pengurangan Risiko Implementasi BCM membantu perusahaan mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi risiko yang dapat mengganggu operasional. Dengan memahami potensi gangguan dan memiliki rencana pemulihan yang efektif, perusahaan dapat meminimalkan dampak negatif dari risiko tersebut.
- Peningkatan Kepercayaan Pelanggan Perusahaan yang memiliki sistem BCM yang baik menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan pelayanan pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan, yang sangat penting untuk membangun hubungan jangka panjang dan loyalitas pelanggan.
- Peningkatan Reputasi Perusahaan Organisasi yang mampu mengelola gangguan dengan efektif akan memiliki reputasi yang lebih baik di mata pemangku kepentingan. Reputasi yang baik ini tidak hanya berdampak positif pada hubungan bisnis, tetapi juga dapat menarik pelanggan dan investor baru.
- Efisiensi Operasional Dengan adanya BCM, perusahaan dapat memastikan bahwa proses operasional berjalan lebih lancar meskipun terjadi gangguan. Rencana pemulihan yang efektif mengurangi waktu pemulihan dan biaya yang terkait dengan gangguan, sehingga meningkatkan efisiensi keseluruhan perusahaan.
Saatnya Upgrade Kemampuan BCM
Manajemen Kontinuitas Bisnis adalah aspek penting dari strategi manajemen risiko yang harus dimiliki oleh setiap organisasi. Dengan pemahaman yang mendalam tentang BCM, pelatihan yang tepat, dan penerapan rencana yang efektif, perusahaan tidak hanya dapat bertahan di tengah krisis, tetapi juga berkembang dan meningkatkan reputasi mereka di pasar.
Dalam dunia bisnis yang terus berubah dan penuh ketidakpastian, penting bagi setiap organisasi untuk memiliki rencana yang solid untuk menghadapi gangguan yang tidak terduga. GRC Indonesia kembali membuka Pelatihan BCM dengan menawarkan pemahaman mendalam tentang manajemen kontinuitas bisnis berdasarkan ISO 22301, standar internasional yang mengatur sistem manajemen kontinuitas bisnis.
Mengapa Anda Harus Mengikuti Pelatihan Ini?
- Memahami Konsep Dasar BCM
Pelatihan ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang prinsip-prinsip BCM, termasuk tujuan dan manfaat penerapannya di organisasi Anda. Peserta akan mempelajari bagaimana BCM dapat membantu melindungi aset, memperkuat reputasi, dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. - Meningkatkan Kesiapan Menghadapi Krisis
Dengan pengetahuan tentang manajemen kontinuitas bisnis, peserta akan dilatih untuk mengidentifikasi risiko dan merencanakan strategi pemulihan yang efektif. Ini akan memastikan bahwa perusahaan dapat tetap beroperasi dan pulih dengan cepat setelah terjadinya gangguan. - Standar Internasional
Pelatihan ini didasarkan pada ISO 22301, memberikan peserta pemahaman yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem manajemen kontinuitas bisnis yang sesuai dengan standar internasional. Memiliki sertifikasi ini meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pemangku kepentingan dan klien. - Pengembangan Tim yang Tangguh
Kesiapan organisasi dalam menghadapi risiko tergantung pada keterlibatan dan pelatihan semua anggota tim. Pelatihan BCM Awareness ini akan membantu menciptakan budaya kesadaran risiko di dalam perusahaan, di mana setiap individu memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam menjaga keberlangsungan operasional.
Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan kesiapan perusahaan Anda dalam menghadapi berbagai tantangan. Daftar sekarang untuk Pelatihan Business Continuity Management Awareness Berdasarkan ISO 22301 di GRC Indonesia dan jadilah bagian dari perubahan positif dalam organisasi Anda! Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi GRC Indonesia.