5 Tren GRC: Bagaimana Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan akan Berkembang?

5 Tren GRC: Bagaimana Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan akan Berkembang?

5/5 - (1 vote)

Agar resiko bisa menjadi keunggulan strategis, perusahaan perlu menerapkan strategi GRC, yakni governance (tata kelola), risk (risiko), dan compliance (kepatuhan). Istilah ini familiar dalam bisnis karena bisa memberikan pandangan kepada perusahaan agar bisa mengambil keputusan yang tepat terhadap risiko yang dihadapi.

Dalam menjalankan bisnis, perusahaan pasti menghadapi berbagai risiko, antara lain masalah keuangan, tantangan operasional, keamanan, hukum, dan sebagainya. Berbagai masalah tersebut bisa berkembang seiring berjalannya waktu dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain. 

 

Berikut 5 Tren GRC Terkait Bagaimana Tata Kelola, Risiko, Dan Kepatuhan Akan Berkembang Di Perusahaan Anda.

1. Budaya ketahanan dan kelincahan menghadapi GRC

Perusahaan perlu mengembangkan budaya ketahanan dalam menjalankan bisnis. Ketahanan di sini artinya yaitu kemampuan perusahaan untuk pulih dari hambatan dengan cara meminimalkan dampak risiko bisnis.

Ya, tidak dapat dipungkiri, dalam menjalankan bisnis, perusahaan selalu menghadapi berbagai ancaman, seperti inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Jika tidak memiliki ketahanan, tentu akan membuat bisnis melambat.

Untuk itu, ketahanan penting untuk dikembangkan dengan dilengkapi dengan kelincahan. Perusahaan bisa mengintegrasikannya dengan manajemen risiko.

Baca juga : BCMS dan DRP: Apa Perbedaannya?

2. Makin Berkembangnya Peran Chief Information Officer (CIO) 

CIO berperan penting dalam mengambil  keputusan di perusahaan, baik di bidang pemasaran, keuangan, hingga pengembangan produk. Jadi, CIO saat ini tidak lagi hanya sebagai manajemen proyek dan implementasi perangkat lunak, tetapi juga menjadi penyeimbang keunggulan operasional dan inovasi bisnis.

Baca juga : Risk Management Officer dalam Mengelola Risiko Bisnis

3. Kritis dan Semakin Ketatnya Pengawasan Pihak Ketiga

Perusahaan semakin mengandalkan pihak ketiga atau vendor untuk manajemen fasilitas, layanan hukum, hingga dukungan teknis. Hal ini mengakibatkan resiko kerentanan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan manajemen risiko pihak ketiga.

Manajemen risiko pihak ketiga tersebut dimulai dari penyaringan vendor. Untuk menyeleksi pihak ketiga, perusahaan harus menyepakati kriteria evaluasi dan kerangka kerja. Hal itu karena pihak ketiga memiliki kemampuan untuk menjangkau setiap detail dalam organisasi.

Setelah itu, untuk mendukung keberhasilan manajemen risiko, perusahaan juga perlu menyusun prioritas untuk vendor. Tak sedikit perusahaan yang bekerja sama dengan puluhan vendor. Dengan menyusun prioritas, perusahaan dapat lebih terencana dalam melakukan manajemen risiko. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan pemantauan berkelanjutan untuk memastikan semua berjalan dengan baik.

4. Peningkatan peraturan ESG

Perusahaan juga harus melakukan pemantauan dan pelaporan terkait persoalan yang terjadi pada lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environment, Social, and Governance atau ESG). Ini juga bagian dari penerapan strategi GRC. 

Perusahaan harus serius menindaklanjuti kasus korupsi yang terjadi pada ESG dan pengurangan emisi. Jika tidak, perusahaan akan berisiko tertinggal. Untuk itu, perusahaan bisa mengintegrasikan data, inisiatif, dan sasaran yang ingin dicapai ke dalam perangkat lunak GRC.

Baca juga : Manajemen Risiko Hukum dan Kepatuhan untuk Bisnis Berkelanjutan

5. Meningkatnya Risiko SDM dan Risiko Dunia Maya

Pasca pandemi Covid-19, perusahaan semakin beradaptasi dengan penerapan sistem kerja hibrida. Sistem kerja ini memungkinkan sumber daya manusia (SDM) bisa bekerja di lokasi (on site) atau jarak jauh (remote). Kondisi ini mengakibatkan karyawan harus bisa bekerja tanpa dibatasi tempat dan waktu kerja. 

Untuk itu, perusahaan perlu memilih pemimpin yang tepat. Ia bertugas mengelola SDM secara adil, dan membangun relasi yang setara dengan karyawan yang bekerja di kantor maupun secara jarak jauh. Pemimpin ini harus bisa mengevaluasi kinerja karyawan berdasarkan kesanggupannya.

Selain itu, dengan adanya sistem kerja jarak jauh, risiko ancaman siber juga ikut meningkat. Ancaman siber itu seperti pelanggaran data, penonaktifan sistem TI secara masif, dan serangan ransomware. Hal tersebut bisa mengganggu jalannya bisnis. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan perlindungan data dari risiko peretasan dengan cara memperbarui praktik dan kebijakan keamanan siber organisasi.

Baca juga : Pentingnya Implementasi GRC di Dalam Korporasi

Kesimpulan

Perusahaan menghadapi berbagai risiko dalam menjalankan bisnis. Agar bisa berubah menjadi keunggulan strategis, perusahaan perlu menerapkan strategi GRC, yakni governance (tata kelola), risk (risiko), dan compliance (kepatuhan).

Ada 5 tren GRC terkait bagaimana tata kelola, risiko, dan kepatuhan akan berkembang di perusahaan Anda. Lima tren GRC tersebut yaitu budaya ketahanan dan kelincahan dalam menghadapi GRC, peran Chief Information Officer (CIO) semakin berkembang, kritis dan semakin ketatnya pengawasan pihak ketiga, adanya peningkatan regulasi ESG, dan meningkatnya risiko SDM dan risiko dunia maya.

 

Hubungi Kami segera dan segera daftarkan diri Anda.

Open chat
Hubungi kami