Ancaman gempa Megathrust kembali hangat menjadi pembicaraan karena telah lama terjadi kekosongan gempa lebih dari seratus tahun. Gempa ini berpotensi memicu tsunami yang dapat merusak infrastruktur dan mengganggu operasional bisnis.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki strategi Business Continuity dan Disaster Recovery (BCDR) yang kuat untuk memastikan kelangsungan bisnis dan meminimalkan dampak yang mungkin terjadi. Dalam artikel ini akan membahas langkah-langkah penting dalam merancang strategi BCDR di tengah ancaman gempa Megathrust:
Daftar Isi
Mengenal Business Continuity dan Disaster Recovery (BCDR)
Business Continuity dan Disaster Recovery (BCDR) adalah dua konsep yang saling terkait yang dirancang untuk memastikan bahwa organisasi dapat terus beroperasi dan pulih dengan cepat setelah terjadinya gangguan besar atau bencana. Meskipun keduanya sering dianggap bersama, mereka memiliki fokus dan tujuan yang berbeda:
Business Continuity (BC) adalah pendekatan strategis yang dirancang untuk memastikan bahwa organisasi dapat terus beroperasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan bahkan ketika menghadapi gangguan besar atau krisis.
Konsep ini mencakup serangkaian rencana dan tindakan yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan fungsi-fungsi kritis perusahaan selama dan setelah peristiwa bencana. Business Continuity melibatkan identifikasi potensi risiko, penilaian dampaknya terhadap operasi, serta pengembangan prosedur dan kebijakan untuk mengatasi gangguan tersebut.
Langkah-langkah dalam Business Continuity meliputi perencanaan, pengujian, dan pelatihan untuk memastikan kesiapan tim dalam menghadapi berbagai skenario risiko.
Disaster Recovery (DR) adalah bagian khusus dari Business Continuity yang berfokus pada pemulihan sistem teknologi informasi (TI) dan data setelah terjadinya bencana. Konsep ini mencakup prosedur dan rencana yang diperlukan untuk memulihkan data yang hilang atau rusak dan mengembalikan infrastruktur TI ke kondisi operasional semula.
Disaster Recovery biasanya melibatkan pembuatan cadangan data secara rutin, pengelolaan pemulihan perangkat keras dan perangkat lunak, serta pemulihan sistem IT dengan cepat setelah terjadinya kerusakan. Tujuan utama DR adalah meminimalkan downtime dan memastikan bahwa data serta aplikasi kritis dapat segera dipulihkan.
Baca juga : 16 Tahapan Menyusun Contingency Plan yang Efektif untuk Korporasi Beserta Contohnya
Langkah Business Continuity Disaster Recovery
Perusahaan dituntut untuk memiliki ketahanan bisnis di tengah berbagai ancaman, termasuk dari gempa. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan BCDR
1. Analisis Risiko dan Dampak
Langkah pertama dalam merancang strategi BCDR adalah melakukan analisis risiko dan dampak. Proses ini melibatkan identifikasi ancaman potensial, seperti gempa bumi dan tsunami, serta penilaian terhadap seberapa besar dampaknya terhadap operasional bisnis.
Dalam konteks gempa Megathrust, perusahaan perlu menilai kerentanan gedung, infrastruktur teknologi, serta kemungkinan gangguan pada rantai pasokan. Analisis ini harus mencakup skenario terburuk untuk memahami risiko yang mungkin terjadi.
Setelah melakukan identifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan Business Impact Analysis (BIA) untuk menentukan aset dan proses bisnis yang paling kritis. Mengetahui prioritas ini akan membantu perusahaan dalam merencanakan langkah pemulihan dan alokasi sumber daya yang tepat saat terjadi bencana.
2. Pengembangan Strategi Business Continuity dan Disaster Recovery
Berdasarkan hasil analisis risiko dan dampak, perusahaan harus mengembangkan strategi BCDR yang jelas dan terukur. Strategi ini mencakup pengaturan pemulihan data, penentuan lokasi alternatif, dan perencanaan pemulihan operasional. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah menggunakan teknologi cloud untuk penyimpanan data, yang dapat memastikan data tetap aman meski infrastruktur fisik rusak akibat gempa.
Selain itu, perusahaan perlu merancang rencana komunikasi darurat yang efektif agar semua karyawan dan pemangku kepentingan tahu apa yang harus dilakukan selama dan setelah bencana. Strategi ini harus diuji secara berkala untuk memastikan kesiapan tim dalam menghadapi situasi krisis.
3. Perlindungan Aset dan Infrastruktur
Langkah berikutnya adalah memastikan perlindungan fisik terhadap aset dan infrastruktur penting yang mencakup penguatan bangunan agar tahan gempa, pemasangan sistem pemadam kebakaran otomatis, dan perlindungan terhadap fasilitas teknologi seperti server dan pusat data.
Penggunaan teknologi redundansi, seperti backup power supply atau jaringan komunikasi alternatif, juga harus dipertimbangkan untuk meminimalkan downtime saat bencana terjadi.
Perusahaan juga harus memastikan bahwa semua data penting di-backup secara berkala dan disimpan di lokasi yang aman. Perlindungan aset ini menjadi bagian penting dalam strategi pemulihan yang dapat mempercepat proses back-to-business setelah bencana terjadi.
4. Pelatihan dan Simulasi
Pelatihan dan simulasi rutin sangat penting untuk memastikan bahwa semua karyawan mengetahui peran mereka selama krisis. Simulasi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami, dapat membantu perusahaan mengidentifikasi kelemahan dalam rencana BCDR dan mengajarkan karyawan cara merespons dengan cepat dan efektif.
Simulasi ini juga harus mencakup latihan evakuasi, penggunaan alat komunikasi darurat, dan prosedur pemulihan operasional. Dengan melakukan simulasi secara berkala, perusahaan dapat mengasah kesiapan mental dan fisik timnya untuk menghadapi bencana nyata.
5. Kemitraan dan Kolaborasi
Kemitraan dengan pihak ketiga, seperti penyedia layanan pemulihan bencana, lembaga pemerintah, dan komunitas setempat, dapat membantu perusahaan meningkatkan kapasitas tanggap daruratnya. Kolaborasi ini penting karena dalam situasi darurat, akses ke sumber daya tambahan seperti tenaga kerja, peralatan, dan informasi kritis bisa menjadi penentu keberhasilan pemulihan bisnis.
Membangun jaringan dengan organisasi lokal dan nasional juga bisa memberikan keuntungan strategis, seperti akses cepat ke bantuan atau informasi terkini tentang kondisi bencana. Kemitraan ini juga dapat memperkuat strategi BCDR dengan pembelajaran dari pengalaman pihak lain.
6. Pemantauan dan Penyempurnaan Berkelanjutan
Strategi BCDR harus dipantau dan diperbarui secara berkala untuk memastikan relevansi dan efektivitasnya. Perubahan teknologi, pembaruan regulasi, atau perubahan dalam operasional bisnis harus tercermin dalam rencana BCDR. Melakukan audit internal, mendapatkan feedback dari simulasi, dan mengikuti perkembangan teknologi pemulihan terbaru adalah cara-cara yang efektif untuk menyempurnakan rencana ini.
Selain itu, perusahaan harus memastikan bahwa semua pembelajaran dari setiap latihan dan insiden nyata dicatat dan diimplementasikan dalam strategi BCDR. Pendekatan berkelanjutan ini akan membantu perusahaan untuk terus siap menghadapi ancaman gempa Megathrust dan bencana lainnya di masa mendatang.
Pelatihan Business Continuity Management Awareness Berdasarkan ISO 22301
Dalam dunia bisnis yang terus berkembang dan penuh ketidakpastian serta ancaman berbagai bencana, perusahaan perlu memiliki rencana yang solid untuk menjaga kelangsungan operasi menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Berangkat dari itu, GRC Indonesia menawarkan solusi untuk mengatasi tantangan ini melalui Pelatihan Business Continuity Management Awareness Based on ISO 22301.
Program pelatihan ini dirancang khusus untuk membantu organisasi memahami dan menerapkan standar internasional dalam Business Continuity Management (BCM), sehingga memastikan bahwa bisnis dapat bertahan dan pulih dengan efektif dari berbagai gangguan.
Mengapa Memilih Pelatihan GRC Indonesia?
Pelatihan ini berfokus pada pemahaman mendalam tentang ISO 22301, standar internasional untuk manajemen kontinuitas bisnis. ISO 22301 menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk merencanakan, menerapkan, dan memelihara sistem manajemen kontinuitas bisnis yang efektif. Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mengidentifikasi potensi risiko, merencanakan respons yang sesuai, dan memastikan bahwa organisasi tetap beroperasi dengan lancar dalam situasi krisis.
Apa yang Akan Anda Pelajari?
Selama pelatihan ini, peserta akan mempelajari berbagai aspek penting dari Business Continuity Management, termasuk:
- Konsep dan Prinsip BCM: Memahami dasar-dasar Business Continuity Management dan pentingnya penerapan ISO 22301 dalam organisasi.
- Analisis Risiko dan Dampak: Teknik untuk mengidentifikasi risiko, mengevaluasi dampaknya, dan merancang strategi mitigasi yang efektif.
- Pengembangan Rencana Kontinuitas: Cara menyusun dan mengimplementasikan rencana kontinjensi yang solid untuk memastikan kelangsungan operasi bisnis.
- Pelatihan dan Simulasi: Metode untuk melatih tim dan melakukan simulasi agar siap menghadapi situasi darurat.
Daftar Sekarang!
Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tim Anda dalam manajemen kontinuitas bisnis. Bergabunglah dengan Pelatihan Business Continuity Management Awareness Based on ISO 22301 yang diselenggarakan oleh GRC Indonesia dan pastikan bahwa organisasi Anda siap menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs web GRC Indonesia di grc-indonesia.com.