asset management

Asset Management : A Life-Cycle Approach

Rate this post

Preface

Dalam situasi pandemi seperti saat ini, tentu saja banyak yang mempertanyakan tentang bagaimana suatu aset atau sumber daya yang dimiliki baik perorangan atau organisasi dapat berkontribusi. Hal ini tak lepas dari dampak pandemi Covid-19 memberikan kekhawatiran bagi panyak pemimpin perusahaan terhadap beberapa area: Finansial, Resesi Global, dan produktivitas.

Aset yang menjadi salah poin vital bagi sebuah perusahaan untuk menjalankan bisnisnya tentu mesti dikelola sebaik mungkin, tidak jarang keliru dalam pengelolaan aset akan berdampak buruk bagi perusahaan tersebut. Pengelolaan aset juga tidak hanya berada pada cakupan perusahaan/organisasi, individu yang ingin bertahan hidup serta menikmati hasil kerjanya, harus memahami bagaimana aset yang dimiliki bisa menjadi investasi di masa yang akan datang. Sebagai contoh, Karyawan-karyawan di perusahaan multinasional seperti Apple, Cannon, dan Facebook melakukan skema “Pension Fund” pada gaji yang mereka dapatkan, gaji sebagai salah satu aset mereka, digunakan untuk tidak hanya menabung tapi diinvestasikan lagi ke pasar, skema ini juga yang dalam beberapa tahun belakangan menjadi tren bagi berbagai kalangan (khususnya anak muda) di Indonesia untuk menginvestasikan pendapatannya pada berbagai wadah investasi.

Baca Juga : Risk Maturity Level (Level Pengukuran Maturitas Risiko)

Concept

Sebelum mengenali konsep Manajemen Aset, ada baiknya mengenali konsep Aset terlebih dahulu. Aset merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dimana sumber daya tersebut memiliki nilai ekonomi kedepannya dan dapat dikuantifikasi dalam nilai mata uang, contohnya Kas (uang), investasi, piutang, lahan, bangunan, peralatan, dan kendaraan. Maka dari itu, strategi peningkatan proses yang berkelanjutan demi terciptanya ketersediaan, keandalan, keamanan, dan umur panjang terhadap sumber daya tersebut dapat disebut dengan manajemen aset (Davis, 2007). Senada dengan itu, Campbell et al. (2013) menjelaskan bahwa manajemen aset adalah keseimbangan dari performa, risiko, dan biaya untuk mencapai sebuah solusi paling optimal.

Secara garis besar, Brent dan Schuman (2005) juga mengungkapkan bahwa manajemen aset merupakan salah satu pilihan terakhir yang dilakukan untuk memaksimalkan penghematan biaya dikarenakan kompleksitasnya manajemen aset, khususnya pada negara-negara berkembang. Kemudian, mereka menambahkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam manajemen aset ketika mendesain dan mengimplementasikan proyek: Fase komisioning, operasional, dan masa pakai aset fisik.

Cycle of Asset Management

Campbell et al. (2013) mengklasifikasikan siklus management aset atau yang disebut Total Life-Cycle Asset Management (TLAM). Dalam Gambar 1. TLAM dijelaskan sebagai berikut:

 

 

1. Asset Strategy

Menetapkan strategi aset yang masuk akal pada kebutuhan perusahaan dan kelas aset yang dimiliki

2. Plan

Mentapkan target, standar kebijakan, dan prosedur yang berfokus pada strategi manajemen aset

3. Evaluate and Design

Mengevaluasi aset-aset yagn telah diperoleh, atau mendesain aset-aset apa saja yang diperlukan

4. Create and Procure

Fase ini termasuk tindakan dalam membuat, membangun, dan mengadakan aset-aset yang telah direncanakan

5. Operate

Mengoperasikan aset-aset per strategi dengan menggunakan standar, kebijakan, dan prosedur dalam TLAM

6. Maintain

Memelihara aset dalam mendukung target dan strategi menggunakan standar, kebijakan, dan prosedur dalam TLAM

7. Modify

Memodifikasi aset jika diperlukan

8. Dispose

Fase ini terkait penyelesaian, retirement, atau liquiditas aset sesuai dengan standar, kebijakan, dan prosedur yang ada

9. Financial Management

Dalam fase ini harus memiliki implikasi dan perencanaan manajemen finansial yang dibutuhkan

10. Technology

Dalam hal ini, teknologi dikategorikan sebagai suatu alat, bukan sebagai aset (namun, sistem manajemen aset merupakan sebuah aset)

Kesuksesan pendekatan kerangka TLAM dalam manajemen aset suatu organisasi tentu terkait erat dengan supply chain yang berpusat pada aset, dalam hal ini juga berhubungan dengan Strategic Capital Management (SCM), strategi, perencanaan, manajemen produk, logistik, pengadaan, dan operasional organisasi yang menerapkannya.

Merujuk pada tahapan siklus di atas, perusahaan-perusahan dengan penerapan siklus manajemen aset mulai dari perencanaan sampai infrastruktur teknologi yang memumpuni akan tetap bertahan dan meraup untung meski dalam situasi pandemi seperti saat ini. Pada akhirnya, dalam situasi apapun, baik individu atau perusahaan yang melakukan analisis terhadap aset apa saja yang dimiliki, kemudian menerapakan siklus bagaimana aset-aset tersebut dikelola akan menjadi “Champion” dalam berbagai situasi dan kondisi.

References

Afzal Hussein, “What is Asset Management?” https://www.youtube.com/watch?v=ImaQ_MC73hk&t=344s (Diakses pada 19 September 2020, pukul 13.18)

Averkamp Harold, “assets definition”, https://www.accountingcoach.com/terms/A/assets (Diakses pada 19 September 2020, pukul 13.54)

Campbell, J. D., Jardine, A. K., & McGlynn, J. (Eds.). (2016). Asset management excellence: optimizing equipment life-cycle decisions. CRC Press.

Davis, J. (2007). What is asset management and where do you start?. American Water Works Association. Journal, 99(10), 26.

Schuman, C. A., & Brent, A. C. (2005). Asset life cycle management: towards improving physical asset performance in the process industry. International Journal of Operations & Production Management.

PWC, “How COVID-19 is affecting the asset and wealth management industry”, https://www.pwc.com/us/en/library/covid-19/coronavirus-asset-and-wealth-management.html (Diakses pada 19 September 2020, pukul 12.51)

Open chat
Hubungi kami